BARBARETO – “Kami belum melihat ikhtiar yang maksimal dijajaran Energi Selaparang ini”. Itu merupakan kalimat pembuka dari dari salah satu berita yang dimuat di salah satu media online pada hari selasa 13 april 2021 yang lalu.
Hal ini menjadi tambah menarik dikarenakan judul berita tersebut adalah “ Pemda Lotim Tak Puas dengan Kinerja PT. Energy Selaparang”. Untuk meningkatkan target deviden dari semua BUMD yang ada di NTB, pemerintah Lombok Timur (Lotim) mendorong semua perusahaan daerah untuk bekerja lebih maksimal lagi. Terutama dimasa yang tidak normal ini, dimasa pandemi Covid-19.
Yang menjadi pertanyaan adalah, seperti apakah motivasi yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja perusahaan daerah? Apakah ada Reward dan Punishment yang akan diberlakukan oleh pemerintah daerah?. Atau apakah penurunan kinerja ini menyebabkan terjadinya penurunan deviden oleh perusahaan daerah dikarenakan jajaran direksi kurang memiliki orientasi bisnis yang menuntut kecepatan dan harus mengikuti perkembangan zaman?.
Meskipun perekonomian mengalami perlambatan pertumbuhan sebagai dampak pandemi Covid-19 sepanjang 2020, laju pertumbuhan Produk Domestik Regional (PDRB) Lombok Timur masih yang terbaik di Nusa Tenggara Barat, jika mengesampingkan sektor pertambangan atau tanpa bijih logam.
Berdasarkan rilis BPS per-26 Februari, Lombok Timur menduduki posisi Kabupaten dengan kontraksi ekonomi terendah di antara seluruh Kabupaten/Kota yang ada di NTB. Artinya, Lombok Timur merupakan Kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di NTB sepanjang tahun 2020.
Sementara itu kontraksi pertumbuhan ekonomi kabupaten Lombok Timur hanya -3,10 persen, merupakan daerah dengan kontraksi ekonomi ter-rendah dari seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat.
Data dari BPS menunujukkan bahwa kontraksi ekonomi di Lombok Timur disebabkan menurunnya pertumbuhan di 3 sektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam perekonomian daerah, di antaranya sektor pertanian yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,39 persen, sektor perdagangan sebesar -3,65 persen, dan sektor kontruksi sebesar -14,83 persen.
Mengingat sejak awal tahun 2020 yang lalu, daerah mengalami bencana non alam yang menjadi salah satu faktor penyebab lambatnya perekonomian. Untuk itu, sesuai dengan visi misi dari bupati Lombok timur bahwa, ditahun ketiga pemerintahannay akan fokus membangun sektor ekonomi.
Selain misi utama saat ini adalah mempercepat rehabilitasi dan psikologi masyarakat akibat covid-19. Pemberdayaan ekonomi dan industri tidak kalah penting. Bupati harus mampu menggerakkan semua jajarannya untuk saling bahu membahu dalam menjaga stabilitas perekonomian daerah.
Kembali kepada permasalahan yang sedang dialami oleh BUMD yang ada di Lombok Timur saat ini. Selain focus kepada peningkatan kinerja dari semua BUMD, BUMD-BUMD yang ada juga harus memiliki visi yang sama dengan apa yang diinginkan oleh bapak Bupati.
Dari beberapa BUMD yang ada di Lombok Timur focus bisnis yang bergerak dibidang jasa keuangan yang mampu memberikan deviden yang agak besar kepada daerah. Sedangkan BUMD yang bergerak dibidang perdagangan seperti Selaparang Agro dan Energi selaparang kinerjanya masih belum memuaskan. Hal ini dilihar dari sumbangan deviden yang masih sangat kecil ke daerah.
Kalau dilihat dari model bisnis yang dijalankan, bisa penulis simpulkan bahwa orientasi bisnis yang dimiliki oleh BUMD-BUMD di Lombok Timur masih hanya bergerak dan fokus kepada satu model usaha yaitu jasa keuangan. Padahal jikalau dilihat dari potensi pengembangan ekonomi yang ada di Lombok Timur ini sangat luas sekali. Kenapa hal itu masih belum bisa di maksimalkan potensinya?.
Wajar saja jika berdasarkan angka statistik menunjukkan setoran deviden turun sejak tahun 2018. Dan seharusnya pemerintah daerah juga harus berani mengumumkan kepada publik seberapa besar setoran deviden dari BUMD yang ada di Lombok Timur. Sehingga publik bisa mengetahui dengan jelas seperti apa kionerja dari BUMD yang ada.
Diperlukan sebuah penyamaan visi antara BUMD dengan visi dari pembangunan Lombok Timur. Melihat yang terjadi saat ini yaitu, BUMD masih fokus kepada sektor keuangan saja, padahal jika berbicara pertumbuhan ekonomi dan arah pembangunan pemerintah daerah harus dikolaborasikan semua sektor unggulan yang ada di Lombok Timur ini. Masih banyak sektor unggulan yang dimiliki seperti pertanian, perkebunan, perikanan, industri kreatif, pariwisata yang sejak awal merupakan arah pembangunan untuk peningkatan ekonomi local di Lombok Timur.
Jajaran direksi harus mampu menterjemahkan apa yang dinginkan oleh Bupati dalam bentuk kinerja bisnis yang berbasis potensi lokal. Dan jajaran direksi harus mampu mengkoneksikan visi pembangunan yang ingin dikerjakan oleh Bupati dengan model pengembangan usaha BUMD kedepannya.
Jangan terfokus kepada jenis usaha yang sifatnya konvensional semata, padahal tantangan bisnis kedepannya harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan arak perkembangan pertumbuhan ekonomi. Jika hanya masih diprioritaskan pada jasa keuangan saja, kita akan kalah bersaing dengan jasa keuangan swasta dan Negara yang memiliki skala prioritas yang jelas dan didukung oleh kebijakan pusat yang kuat.
Untuk itu pengembangan model usaha harus sinergi dengan arah pembangunan daerah. Hal ini dikarenakan keunikan potensi sumberdaya yang dimiliki Lombok Timur tidak akan dimiliki oleh daerah lain. Ini merupakan salah satu keunggulan kita, belum lagi jika kita kombonasikan dengan sumberdaya manusia dan teknologi yang kita miliki.
Salah satu contoh yaitu sektor pertanian. Lombok Timur memiliki keunikan dan keunggulan pertanian yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Ini dibuktikan dengan pertanian merupakan penyumbah PDRB yang tertinggi bagi daerah.
Yang menarik adalah, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Lombok Research Center pada tahun 2017 sampai 2020 yang lalu, sektor pertanian menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang utama di Kabupaten Lombok Timur. Hal ini ditunjukkan dengan perputaran uang di sektor pertanian di Lombok Timur mencapai 3 sampai 4 Triliun setiap tahunnya.
Ini menjadi peluang pengembangan model bisnis bagi BUMD-BUMD di Lombok Timur. Apalagi jika dikolaborasikan dengan sector unggulan yang dimiliki oleh Lombok Timur lainnya. Semoga visi pembangunan dari Bapak Sukiman dan Rumaksi mampu di ejawantahkan oleh jajaran direksi BUMD, dengan tetap berpegang teguh kepada keuntungan social bagi masyarakat Lombok Timur. Atau jika tidak mampu, maka sebaiknya BUMD yang ada di Lombok Timur di Format ulang semi kemaslahatan orang banyak.
Oleh : Maharani – Penulis adalah Peneliti Lombok Research Center