19.2 C
Lombok
Selasa, Desember 3, 2024

Buy now

Gelar Sosialisasi Empat Pilar, Rachmat Ingatkan Pentingnya Implementasi Pancasila di Kehidupan Sehari-hari

“Yang pasti, prinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, juga kemanusiaan itu memanusiakan manusia. Inilah maksud persatuan itu jangan ada pecah belah”

Mataram, BARBARETO.com – Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, H Rachmat Hidayat kembali melakukan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di daerah pemilihannya.

Kali ini, Kota Mataram menjadi lokasi pembekalan pemahaman kepada publik tentang pentingnya Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, Minggu (6/11).

Bertempat di Kantor DPC PDI Perjuangan Kota Mataram, Haji Rachmat menegaskan, bahwa implementasi penerapan empat pilar kebangsaan itu, akan menjadi kunci pedoman dalam membangun karakter bangsa.

“Implementasi itu, menjadi satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan. Ketuhanan itu adalah segala-galanya. Disitu, Pancasila harus dipratekkan dalam kehidupan nyata dan keseharian, termasuk dengan alam semesta kita,” tegas Rachmat dalam sambutannya.

Ketua DPD PDI Perjuangan NTB itu, mendaku, untuk mencapai hal tersebut, sosialisasi empat pilar kebangsaan harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.

Dengan begitu, siapapun tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk, seperti terorisme dan radikalisme.

“Yang pasti, prinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, juga kemanusiaan itu memanusiakan manusia. Inilah maksud persatuan itu jangan ada pecah belah. Maka, membangun karakter bangsa itu tidak ada habisnya, disitu kita penting untuk saling menghargai. Itulah makna implementasi pembangunan karakter akan terus berlanjut sepanjang zaman. Oleh sebab itu, pendekatan yang berbeda diperlukan untuk menghadapi perubahan,” jelas Rachmat.

Dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan yang dihadiri puluhan kader dan pengurus PDI Perjuangan Kota Mataram tersebut.

Dua narasumber dihadirkan. Yakni, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), Prof. Dr. H. Gatot Dwi Hendro Wibowo, Wakil Direktur III Politeknik Medica Farma Husada Mataram, Dr. Alfin Syahrin dan Pengajar Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Budi Luhur Jakarta, Dr. Hakam Ali Niazi.

Baca Juga :  Kepala BPPTKG: Aktivitas Merapi Masih Tinggi

Prof. Dr. H. Gatot Dwi Hendro Wibowo mengaku, ia memuji kiprah Anggota DPR RI H. Rachmat dan partainya yang dianggap konsisten dalam menjaga pondasi bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika selama ini.

“Menjaga dan merawat Pancasila itu, bukan hanya dengan dihafalkan tapi harus di ejawantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini karena Pancasila sesuai kata bung Karno diambil dari jiwa bangsa,” tegas dia.

Prof Gatot mendaku, kristalisasi Pancasila dan UUD 1954 itu, tercermin dalam pluralisme warganya.

Kata dia, dalam ajaran agama Islam, terkandung makna bahwa keberagaman itu adalah sebuah rahmat.

Untuk itu, sebagai sebuah entitas bangsa plural, tentunya jika ada pihak-pihak tertentu yang menjadikan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) sebagai isu komoditas politik. Tentunya, kader PDI Perjuangan diharapkan tidak kepancing pada hal itu.

“Kita ini bukan negara agama, pendekatan kita sudah jelas adalah Pancasila. Maka, keberagaman sebagai sebuah fakta historis harus kita dudukan pada porsinya. Yakni, agama itu, adalah spirit. Jadi siapapun enggak boleh lagi melakukan praktik mengkonfrontasi, antara agama dan Pancasila,” ujar dia.

Ia mengajak kader PDI Perjuangan di Kota Mataram serta warga NTB, agar tidak lagi mau terpengaruh pada sifat-sifat yang mengkonfrontasi antara agama dan Pancasila.

Sebab, NKRI adalah tempat warga berhimpun untuk menyatukan persepsi dan gagasan untuk terus mengamalkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.

Karena itu, pilihan idiologi Pancasila yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia, sudah sangat komplit dan sangat brilian dalam mengatur berbagai sendiri kehidupan warganya.

Baca Juga :  Jelang Nataru, Tim Cobra Alpha Gagalkan Jual Edar Miras Jenis Arak Bali

Salah satunya, pada rumusan Sila Pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu artinya, bangsa Indonesia, sudah sangat yakin pada Tuhan.

“Semua agama di negara Indonesia tak hanya Islam, menyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Nah, kalau saya ibaratkan itu, NKRI itu, adalah sebuah kapal besar. Maka, jangan sampai ada yang berani coba-coba melobanginya. Sebab, jika sampai ada yang melobangi, tentu kapal besar itu akan bocor dan oleng,” papar Prof Gatot.

Ia berharap para kader PDIP NTB dibawah komando H. Rachmat Hidayat, agar tak henti terus merawat dan menjaga keutuhan NKRI dari jeratan para pihak yang ingin melunturkan rasa nasionalisme warga Indonesia.

“Tantangan kita semua, termasuk kader PDI Perjuangan adalah melawan para pihak yang ingin terus melunturkan asa nasionalisme. Yang pasti, kegiatan kayak sekarang ini adalah upaya kita untuk terus memberikan pemahaman bahwa idiologi Pancasila, harus terus digelorakan karena Pancasila merupakan cara pandang bangsa yang sudah utuh dengan spirit terkandung didalamnya, adalah mengatur segala lini kehidupan warganya,” jelas Prof Gatot.

Terpisah, Wakil Direktur III Politeknik Medica Farma Husada Mataram, Dr. Alfin Syahrin, menambahkan bahwa, keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa, justru konsepnya digali berdasarkan nilai luhur bangsa Indonesia.

“Perbedaan itu bukan sumber perpecahan tapi menjadi falsafah bangsa. Kalau ingin bangsa kita terus menghormati nilai luhur bangsa, maka jadikanlah perbedaan itu sebuah khazanah untuk memperkaya dan memperkuat jati diri khazanah bangsa Indonesia,” tandas Alfin Syahrin.

Baca berita lainnya di Google News

Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi

Related Articles

Stay Connected

2,593FansSuka
344PengikutMengikuti
112PengikutMengikuti
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img

Latest Articles