barbareto.com | Denpasar – Gubernur Bali Wayan Koster meluncurkan buku “Ekonomi Kerti Bali, Membangun Bali Era Baru”, pada Rabu (Buda Wage Warigadean), 20 Oktober 2021 di Gedung Ksirarnawa, Art Centre Denpasar. Pada peluncuran buku ini hadir Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, bupati/walikota se-Bali serta undangan lainnya.
Dalam paparannya soal buku “Ekonomi Kerth Bali” ini, Gubernur Koster menjelaskan bahwa alam Bali, manusia/krama Bali, dan kebudayaan Bali merupakan 3 unsur utama yang harus dipahami secara komprehensif tentang Bali. Ketiga unsur utama tersebut menjadi satu-kesatuan tata cara kehidupan krama Bali yang berkebudayaan tinggi.
Pertanian dan kelautan Bali menghasilkan produk yang berkualitas dan sangat terkenal, Secara historis dan sosiologis menunjukkan bahwa krama Bali adalah manusia unggul yang memiliki kualitas, integritas, dan loyalitas dengan nilai-nilai kebudayaan tinggi. Dan kebudayaan merupakan sumber daya utama, penting dan strategis yang dimiliki oleh Bali.
Gubernur Koster saat menyerahkan buku Ekonomi Kerthi Bali kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
“Alam Bali, krama Bali, dan kebudayaan Bali yang sangat kaya, unik, dan unggul secara historis dan tradisi turun-temurun sesungguhnya merupakan sumber daya perekonomian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat Bali,” terang Gubernur asal Desa Sembiran Tejakula Buleleng ini.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, mantan anggota DPR-RI tiga periode dari PDI Perjuangan ini mengungkapkan, pariwisata berkembang dengan pesat yang ditandai dengan meningkatnya wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke Bali, meningkatnya pembangunan fasilitas dan sarana prasarana pendukung pariwisata, semakin berkembangnya usaha jasa pariwisata.
Diakuinya, sektor pariwisata memberi konstribusi paling besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali, bahkan Bali menjadi semakin bergantung dari pariwisata. Pembangunan pariwisata diselenggarakan dengan arah kebijakan yang kurang tepat, dan tidak menghidupi/memberi manfaat sektor pertanian, kelautan dan perikanan, serta industri kerajinan rakyat berbasis budaya. Akibatnya sektor pertanian, kelautan dan perikanan semakin ditinggal oleh masyarakat, beralih ke sektor pariwisata.
Baca juga : Bertemu Gubernur Koster, Dubes Rumania Dukung Bali Wujudkan Pariwisata Berkualitas
Tapi, sektor pariwisata sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal, seperti gangguan keamanan (bom Bali 1 dan bom Bali 2), bencana alam (erupsi Gunung Agung), dan bencana nonalam (virus SARS, flu burung), dan munculnya pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua negara di dunia. Kejadian yang menimpa sektor pariwisata ini, berdampak langsung yang mengakibatkan perekonomian Bali terpuruk.
“Bertitik tolak dari dinamika itu, sudah saatnya Bali menata ulang perekonomian untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali yakni kembali kepada keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi alam, krama, dan kebudayaan Bali terutama di sektor pertanian, kelautan dan perikanan, dan industri kerajinan rakyat berbasis budaya branding Bali,” ungkap Gubernur Jebolan ITB ini.
Selain itu, hendaknya pengembangan perekonomian Bali mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) termasuk teknologi digital. Sedangkan lanjut Gubernur, pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali yang harus dikelola agar berpihak terhadap sumber daya lokal Bali.
Gubernur yang juga menjabat Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menjelaskan, ekonomi Kerthi Bali merupakan implementasi visi membangun Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sakala-niskala menuju kehidupan krama Bali dan gumi bali sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.
Visi tersebut untuk mewujudkan keseimbangan/keharmonisan alam Bali, krama Bali dan kebudayaan Bali sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi, yaitu enam sumber utama kesejahteraan/kebahagiaan kehidupan manusia meliputi, 1) penyucian jiwa (Atma Kerthi); 2) penyucian laut (Segara Kerthi); 3) penyucian sumber air (Danu Kerthi); 4) penyucian tumbuh-tumbuhan (Wana Kerthi); 5) penyucian manusia (Jana Kerthi); dan 6) penyucian alam semesta (Jagat Kerthi).
Ekonomi Kerthi Bali adalah ekonomi untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam Bidang Ekonomi, dibangun dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi dengan menerapkan 11 prinsip, yaitu: ekonomi dibangun/dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan sebagai anugerah dari Hyang Pencipta, dibangun sesuai potensi sumber daya lokal Alam Bali, dibangun oleh Krama Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif, berbasis nilai-nilai adat, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali, dibangun dengan menjaga ekosistem Alam dan Budaya secara berkelanjutan, dibangun untuk meningkatkan kapasitas perekonomian lokal Bali, berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing, dibangun dengan mengakomodasi penerapan/perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta teknologi digital, ekonomi yang memberi manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan krama Bali secara sakala-niskala, dibangun/dikembangkan dengan asas gotong-royong, untuk meningkatkan ketangguhan menghadapi dinamika perkembangan zaman secara lokal, nasional, dan global, serta ekonomi yang menumbuhkan spirit jengah dan cinta/bangga sebagai krama Bali.
Ekonomi Kerthi Bali memiliki 6 sektor unggulan sebagai pilar perekonomian Bali, yaitu sektor pertanian dalam arti luas termasuk peternakan dan perkebunan, sektor kelautan/perikanan, sektor industri, sektor industri kecil menengah (IKM), usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan koperasi, sektor ekonomi kreatif dan digital serta sektor pariwisata.
“Ekonomi Kerthi Bali dengan 6 sektor unggulan akan mewujudkan perekonomian Bali yang harmonis terhadap alam, berbasis sumber daya lokal, menjaga kearifan lokal, hijau/ramah lingkungan, berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan,” ucapnya.
Ditegaskan, dengan pola pembangunan perekonomian melalui Ekonomi Kerthi Bali akan terjadi keterhubungan langsung antar-sektor unggulan, menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru, meningkatkan kapasitas perekonomian Bali, menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali secara sakala-niskala. (**).