22 C
Lombok
Sabtu, September 14, 2024

Buy now

spot_img

Indeks Pembangunan versus Indeks Kebahagiaan Manusia di Lombok Timur

BARBARETO.com – Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Indeks Kebahagiaan.

Dimana indikator yang memiliki pengaruh terbesar dalam merefleksikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator pengeluaran per kapita dan dimensi yang memiliki pengaruh terbesar dalam merefleksikan Indeks Kebahagiaan adalah dimensi kepuasan hidup.

Indikator kesejahteraan masyarakat disusun tidak hanya untuk menggambarkan kondisi kemakmuran material (welfare atau well-being), tetapi juga lebih mengarah kepada kondisi kesejahteraan subjektif (subjective well-being) atau kebahagiaan (happiness).

Indikator kebahagiaan merupakan ukuran yang menggambarkan tingkat kesejahteraan, karena kebahagiaan merupakan refleksi dari tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh setiap individu.

Indeks pembangunan manusia (IPM) mengukur pencapaian rata-rata pembangunan sebuah negara dalam tiga dimensi yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Kesehatan atau umur panjang dan sehat diukur melalui angka harapan hidup (AHH) saat kelahiran, pendidikan diukur dengan harapan lamanya sekolah dan rata-rata lama sekolah (MYS) dan hidup layak diukur melalui kemampuan daya beli atau PNB perkapita

Perekonomian yang matang menjadi sebuah instrumen tolak ukur kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sebuah daerah dan Bangsa.

Kabupaten Lombok Timur ke depannya akan menghadapi persaingan kualitas SDM yang semakin ketat, yaitu dimulai dari tingkat Provinsi, Nasional maupun dalam tingkat Internasional.

Di Internasional seperti dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak 2015, revolusi industri 4.0 sejak abad 21, hingga masyarakat 5.0 yang lahir sebagai pengembangan revolusi industri 4.0.

Kualitas SDM Lombok Timur saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tercatat melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang ditebitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Lombok Timur pada tahun 2022 menduduki peringkat 7 dari 10 Kabupaten/Kota di NTB dengan nilai IPM sebesar 67,59.

Peringkat IPM Lombok Timur masih jauh tertinggal dengan beberapa Kabupaten/Kota se NTB.

Selain dilihat dari IPM, kualitas perekonomian juga dapat diukur dari pendapatan penduduk di setiap daerah maupun Negara.

Di setiap provinsi Indonesia memiliki nilai pendapatan yang berbeda.

Kemudian di setiap Kabupaten/Kota Indonesia juga memiliki jumlah pengeluaran yang berbeda pula.

Merunjuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pendapatan terbesar berada di provinsi DKI Jakarta, hal ini berbanding lurus dengan jumlah pengeluarannya yang juga terbesar diantara ke-34 provinsi Indonesia.

Jumlah besar atau kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja (Nuhradi & Widyawati, 2019).

Rendahnya produktivitas tenaga kerja menyebabkan banyak orang yang menjadi tenaga kerja pada sektor informal.

Tenaga kerja sektor informal hanya menyumbang 11,70% dari faktor yang mempengaruhi pendapatan, sedangkan pada tenaga kerja sektor formal telah menyumbang lebih besar yaitu sebesar 35,94% (Pertiwi, 2015).

Di Lombok Timur terdapat sebanyak 628.396 jiwa jumlah angkatan kerja dan 610.870 jiwa jumlah Angkatan Kerja yang bekerja (BPS, 2022).

Baca Juga :  Offroad Menikmati Pantai Selatan Lombok

Dari data yang ada juga menunjukkan bahwa pekerja informal masih lebih banyak 34% jika dibandingkan tenaga kerja formal, artinya pendapatan di masyarakat Lombok Timur relatif rendah.

Banyaknya pemilihan pekerja di sektor informal disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan (Yuniati, 2019).

Pertumbuhan perekonomian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Kebahagiaan (IK) (Sodik et al., 2021).

Selain dari IPM, kualitas perekonomian juga dapat dilihat dari Indeks Kebahagiaan (IK).

Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposif yang diukur secara terimbang dan mencakup indicator kepuasan meliputi (1) kesehatan, (2) pendidikan, (3) pekerjaan, (4) pendapatan rumah tangga, (5) keharmonisan keluarga, (6) ketersediaan waktu luang, (7) hubungan sosial, (8) kondisi rumah dan aset, (9) keadaan lingkungan, dan (10) kondisi keamanan.

Jika IK dikaitkan dengan IPM, maka akan berbanding lurus karena nilai kepuasan dalam indikator IK tercemin dalam kemudahan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan yang lainnya yang teruang dalam IPM.

Penyataan ini senada dengan hasil penelitian oleh (Amalia & Nurpita, 2017) yang menyatakan bahwa IPM berpengaruh signifikan terhadap indeks kebahagiaan. Semakin tinggi nilai IPM, maka nilai IK akan naik pula.

Meskipun berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa IPM berbanding lurus dengan IK, namun berbeda dengan hasil penelitian oleh (Bucciol & Burro, 2021) yang menyatakan bahwa kebahagiaan akan meningkat seiring dengan kondisi ekonomi hanya berlaku untuk individu dalam kondisi ekonomi yang relatif lebih miskin.

Hasil ini membawa makna bahwa IPM belum tentu berbading lurus dengan IK terutama bagi orang-orang yang sudah mapan.

Penelitian lain yang senada yaitu oleh (Lelkes, 2006) yang menyatakan bahwa dampak transisi ekonomi sangat bervariasi antar kelompok yang berbeda, dimana dampak ekonomi akan diterima oleh para pengusaha.

Dengan adanya hasil ini membawa makna bahwa kebahagian seseorang tidak hanya dinilai dari perekonomian saja.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dikemukan terdapat kontradiksi yaitu apakah kebahagiaan dapat dilihat dari perekonomian, dimana dalam hal ini dilihat dari IPM.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Indeks Kebahagiaan 2022, NTB berada pada posisi ke-31 dari 34 provinsi.

Provinsi NTB juga termasuk dari sepuluh provinsi yang indeks kebahagiaan penduduknya menurun. Pada tahun 2017, poin indeks kebahagiaan penduduk NTB yakni 70,70.

Angka ini menurun pada tahun 2021 menjadi 69,98.

Lalu bagaimana dengan indeks kebahagiaan Lombok Timur?.

Sementara, pada tahun 2021 kondisi pandemi Covid-19 masih melanda.

Pertanyaan yang mengiringi adalah, apakah pandemi mengurangi kebahagiaan seseorang dalam pencapaian hidupnya?.

Kebahagiaan sebagai suatu ukuran subjektif dapat disandingkan dengan ukuran objektif hasil pembangunan lainnya.

Sehingga, kebahagiaan juga perlu diukur perkembangannya.

Menurut BPS, tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia diukur 19 indikator yang tercakup dalam tiga dimensi kehidupan, yaitu Dimensi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Dimensi Perasaan (Affect) dan Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia).

Baca Juga :  Polres Bandara Serahkan Sarkon untuk Pengurus Masjid Al Iklas

”Pengukuran tingkat kebahagiaan Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 2014 melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali,” tulis BPS.

Tingkat kebahagiaan penduduk tahun 2022 diukur berdasarkan hasil SPTK tahun 2022.

Penduduk perkotaan memiliki nilai Indeks Kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan.

Kondisi ini konsisten terjadi pada tahun 2017 dan 2021.

Pada tahun 2021, Indeks Kebahagiaan penduduk perkotaan lebih tinggi 0,56 poin dibandingkan perdesaan, sementara pada tahun 2017 capaian Indeks Kebahagiaan penduduk perkotaan lebih tinggi 2,07 poin disbanding perdesaan.

Selisih nilai indeks tersebut menunjukkan, selisih (gap) perkotaan dan perdesaan pada tahun 2021 lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2017.

Di Kabupaten Lombok Timur, yang bisa dikatakan sebagai perkotaan hanya di Kecamatan selong saja.

Itu pun masih ada beberapa desa juga masuk dalam bagian kecamatan Selong.

Dari 21 Kecamatan, baru satu saja yang masuk kategori perkotaan.

Sehingga bisa dikatakan bahwa 90% masyarakat Lombok Timur tinggal di daerah pedesaan.

Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk dengan jenis kelamin laki-laki memiliki nilai Indeks Kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Kondisi ini konsisten terjadi pada tahun 2017 dan 2021.

Pada tahun 2021, Indeks Kebahagiaan penduduk laki-laki lebih tinggi 0,92 poin dibandingkan penduduk perempuan, sementara pada tahun 2017 indeks penduduk laki-laki lebih tinggi 0,82 poin dibanding perempuan.

Saat ini, jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur labih banyak perempuan dengan jumlah 657,260jiwa sedangkan laki-laki 586,921 jiwa.

Penggolongan kelompok penduduk berdasarkan literatur William H Frey, yang membagi kategori penduduk berdasarkan beberapa generasi.

Penduduk Kabupaten Lombok timur didominasi oleh Generasi Z sebesar 27,31 persen. Generasi milenial 5,98 persen.

Disusul, generasi X dengan populasi sebanyak 19,24 persen. Pada kelompok umur 20-39 tahun, grafiknya tampak mengecil terutama pada kelompok penduduk laki-laki.

Hal ini mengindikasikan adanya migrasi keluar pada kelompok ini, baik untuk melanjutkan sekolah maupun untuk bekerja.

Sampai dengan saat ini masih banyak penduduk laki-laki usia produktif di Kabupaten Lombok Timur yang berusaha memperoleh penghasilan sebagai tenaga kerja diluar negeri terutama ke Malaysia.

Melihat hal itu, kedepannya pemerintah daerah harus benar-benar membuat terobosan iklim ekonomi yang bagus agar lapangan pekerjaan bagi penduduk dengan usia produktif terbuka selebar-lebarnya.

Terobosan kebijakan harus benar-benar jitu. Dikarenakan perkembangan zaman dan persaingan yang semakin sulit.

Political will yang kuat dari seorang pemimpin sangat diperlukan.

Agar keseimbangan antara peningkatan IPM dengan Indeks Kebahagiaan dapat berbanding lurus di Gumi Patuh Karya yang kita cintai ini.

Penulis: Maharani, adalah Peneliti Lombok Research Center (LRC)

Baca berita lainnya di Google News

Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi

Related Articles

Stay Connected

2,593FansSuka
344PengikutMengikuti
112PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest Articles