Jakarta-Indonesia. BARBARETO – Pembentukan Holding Ultra Mikro di harapkan bisa berdampak positif bagi pelaku Usaha Ultra Mikro (UMi) di Indonesia. Dampak pandemi menjadi salah satu alasan fokus APBN untuk terus menggerakkan pelaku UMi tersebut. Tercatat pelaku UMi di Indonesia lebih dari 98% mendominasi usaha (dari usaha besar, kecil, menengah, dan mikro).
“Usaha UMi harus dapat akses pembiayaan dan naik kelas menjadi segmen mikro,” tulis Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan dalam akun Instagramnya. Senin 15 Februari 2021.
Hal tersebut juga berlandaskan karena target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu untuk meningkatkan rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankkan. Dari 19,75% di tahun 2020 menjadi 22% di tahun 2024.
Pembentukan holding mikro bagi UMi juga akan memperluas layanan serta sebagai langkah untuk mendorong kemajuan pelaku UMi. Pasalnya gap pembiayaan ultra mikro sebanyak 65% dari 54 juta pelaku UMi di Indonesia belum mendapatkan pelayanan dari bank formal.
Nantinya pelayanan Holding UMi akan di koneksikan dengan bisnis operasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu antara PT. Bank BRI, PT. PNM dan PT. Pegadaian.
“Agar pelayanan pembiayaan meningkat dari 15 juta nasabah UMi menjadi 29 juta nasabah pada tahun 2024,” kata Sri Mulyani.
Adapun karakteristik khusus pelaku UMi di Indonesia antara lain mempunyai vulnerabilitas (kerentanan) yang tinggi, literasi keuangan rendah, akses terbatas, dan tidak memiliki akses korateral (agunan/jaminan).
Dengan begitu Menteri Keuangan mengharapkan pelaku UMi mendapatkan layanan pembiayaan produk yang lebih lengkap dari pemerintah. Dan potensi pendanaan yang lebih murah.
“Hal itu di lakukan tentunya agar pelaku UMi dapat merasakan manfaat pembentukan Holding Ultra Mikro tersebut,” harapnya. (gok)
