Penulis : Ahmad Humaidi, M.Ed.
BARBARETO – Tentu saja tidak ada orang yang berharap akan kedatangan bencana. Namun, sebagai makhluk yang berpikir kita bisa melihat tanda-tanda yang diperlihatkan oleh alam yang kian rusak parah tidak lain akibat ulah manusia sendiri. manusia menyebutnya bencana alam, akan tetapi sebetulnya, yang terjadi adalah proses penyeimbangan secara alami.
Sekarang pilihan ada di tangan kita. Mau membiarkan alam melakukan penyeimbangan sendiri atau kita yang melakukan tindakan preventif jangka panjang untuk mengembalikan keseimbangan alam? Contoh terdekat adalah banjir, bencana langganan di hampir setiap wilayah Indonesia. Banjir terjadi karena alam sudah tidak mampu menampung debit air akibat penggundulan hutan tanpa ampun. Curah hujan yang tidak menentu juga akibat ulah manusia sendiri.
Di Lombok timur, kalau kita perhatikan dengan seksama, sesungguhnya sangat mengerikan. Bentangan pantai dari labuhan haji sampai setidaknya ke ijo balit sangat memprihatinkan. Pantai kian melebar dan terus menerus terjadi abrasi yang tidak disadari dan diabaikan. Parahnya hampir tidak ada Natural protection, sudah hampir habis dibabat manusia.
Mangrove atau tanaman bakau yang seharusnya menjadi proteksi alami utama bagi ekosistem pantai (Termasuk manusia), hampir punah khusus di labuhan haji dan terjadi penurunan populasi hampir di seluruh garais pantai Lombok. Belum lagi ditambah dengan permasalahan sampah yang sangat menjijikan disebagian besar pantai.
Melihat potensi bencana ini, pemerintah dan masyarakat harus segera mengambil tindakan preventif jangka panjang yang konsisten. Pemerintah yang memiliki wewenang kuat seharusnya jangan terus menerus berbuat lucu untuk menangani permasalahan serius seperti ini. memasang batu untuk menghadang ombak seperti yang dilakukan di labuhan haji bukanlah pekerjaan salah tapi kurang tepat dan lucu. Habitat batu ada di gunung dan bukit, per detik batu akan dihantam beribu ton debit air, pasti akan runtuh juga. Masyarakat labuhan haji pun bersaksi bahwa dulu bibir pantai ada jauh di tengah tapi hari demi hari kian dekat dan menenggelamkan daratan.
Batu rabat yang terlihat kokoh di sepanjang pantai labuhan haji hanya menunggu roboh saja. Tinggal menunggu waktu. Maka yang harus dilakukan adalah usaha menanam mangrove di bibir pantai yang rawan abrasi. Kita semua tahu bahwa bakau memang berhabitat di pantai. Tapi sayang, berbicara program, pemerintah seringkali selalu memikirkan untung rugi sesaat.
Contohnya mereka berusaha menanam kelapa di pinggir pantai, ini juga tidak salah tapi lucu. Habitat kelapa bukan di pantai tapi di darat, atau bisa di pinggir pantai. Akar kelapa tidak akan cukup kuat kalau dibiarkan sendiri menahan gelombang perdetik, pasir akan bergeser dan kelapa akan tumbang. Tidak ada pilihan lain, pemerintah dan rakyat harus sama-sama berusaha dan berpikir bagaimana cara mengembalikan kelestarian bakau di mulut pantai. Tumbuhan ini memiliki kekuatan super dalam menahan ombak dan abrasi karena memang habitat mereka di pantai dan air laut.