Denpasar-Bali. barbareto.com – Bagi Ki Hadjar Dewantara, menuntun manusia sesuai kodratnya dalam menjalankan kehidupan merupakan hakekat dari pendidikan. Oleh karenanya, pendidikan harus bisa bersifat merdeka dan berpihak kepada siswa sebagaimana subjek dari pendidikan. Keberpihakan pendidikan kepada siswa sudah seharusnya menjadi kunci dari pelaksanaan pendidikan. Oleh karenanya para guru harus selalu mendengar dan memahami keluhan serta kebutuhan peserta didik dalam proses pendidikan tersebut.
Salah satu upaya SMP PGRI 3 Denpasar dalam menampung keluhan tersebut dengan memberikan ruang kritik melalui tulisan. Selain itu juga, ruang tersebut meningkatkan berpikir kritis serta nalar siswa. Dalam buku yang berjudul “Tinta Merah Pendidikan,” 14 siswa SPIGA merenungkan praktik buruk yang terjadi di dunia pendidikan di Kota Denpasar hingga nasional. Mulai dari persoalan perspektif orang tua terhadap belajar dan rangking hingga ketidak adilan akses dan dukungan pendidikan mereka soroti dalam buku setebal 94 halaman tersebut.
Rama Gerald Jade, kordinator tim pemajuan sekolah sekaligus pembina yang menggerakkan para siswa tersebut untuk menulis, menuturkan ide merenungkan kondisi pendidikan yang diarahkan kepada siswanya muncul saat 2 hari sebelum Hari Raya Nyepi pada Maret lalu.
“Esensi dari pada Nyepi bagi saya pribadi adalah perenungan untuk menyambut tahun yang baru. Saya ajak mereka (para siswa) merenungkan pelaksanaan pendidikan,” ungkap Rama ketika berkenang ide yang digagasnya.
Pria kelahiran Denpasar tersebut juga menyampaikan tujuan perenungan tersebut untuk menyadarkan pihak di dunia pendidikan guna memperbaiki kondisi pendidikan khususnya di Kota Denpasar. Dipilihnya Hari Pendidikan Nasional dirasa sebagai momen yang tepat untuk meluncurkan buku karya pelajar dari sekolah yang beralamat di Gang V Jalan Gunung Agung Denpasar. Bertajuk Spiga Edu Fest Tahun 2021, SMP PGRI 3 Denpasar menggelar acara peluncuran buku karya siswanya.
Talkshow bertema “Problematika dan Tantangan Dunia Pendidikan” juga digelar untuk menindaklanjuti renungan pendidikan yang dituliskan para siswa. Talkshow tersebut mengundang tokoh-tokoh dunia pendidikan mulai dari Pande Putu Setiawan, Budhi Sagita Wiratama, hingga pemerintah selaku pemegang kebijakan dunia pendidikan. Permasalahan PPDB sekolah negeri dan kurangnya kreatifitas pembelajaran daring beberapa sekolah di Kota Denpasar.
Perdebatan dunia pendidikan memang tidak ada habisnya, bukan untuk saling menyalahkan, tapi untuk mengembalikan esensi pendidikan sebagai sarana memajukan suatu bangsa, dikutip dari Dian Lestariyani, S.Pd, M.Pd dalam sambutannya selaku ketua panita dari acara yang digelar di Berbagi Kopi, Peguyangan, Denpasar. Penguatan budaya menulis mulai dari hulu hingga hilir di SMP PGRI 3 Denpasar dilakukan dengan pembentukan komunitas buku “Spiga Mahajana Sanskrit”. Dalam rangkaian Spiga Edu Fest, komunitas tersebut diresmikan dengan penyematan topi kepada ketua komunitas, Ayu Mertasari Pinatih, S.Pd.
Walikota Denpasar melalui Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olah Raga Kota Denpasar, Drs. A.A. Gede Wiratama, M.Ag mengapresiasi acara yang berlangsung secara online dan offline tersebut. Dirinya menyampaikan kreatifitas dan inovasi dari SMP PGRI 3 Denpasar merupakan bukti nyata sekolah yang memperbaiki paradigma dunia pendidkkan di Kota Denpasar. Atas dukungan tersebut, Dr. I Made Suada, MM, M.Si, Kepala SMP PGRI 3 Denpasar menyampaikan terimakasih kepada Walikota Denpasar dan menegaskan Spiga Edu Fest merupakan salah satu trobosan SMP PGRI 3 Denpasar dalam memajukan proses dan pelayanan pendidikan di sekolahnya.